Kado untuk Kekasih

Rahmatan lil alamin, sebuah kalimat impor dari negeri arab sana untuk mendefinisikan manfaat Islam sebagai sebuah agama, sebuah jalan kehidupan, jalan kebenaran yang menuntun manusia kepada kebenaran sejati. Arti dari rahmatan lil alamin kira-kira adalah rahmat atau anugerah bagi seluruh alam semesta. Namun belakangan beberapa orang baik kalangan muslim maupun non muslim banyak menekankan makna dari rahmatan lil alamin tersebut. Ya, kita memang tidak akan pernah mengerti maksud sebenarnya dari hal yang di inginkan Tuhan, namun tentunya dengan membaca fenomena sekitar dan petunjuk kitab yang diberikan yang pemahamannya bisa multi tafsir tersebut, maka konflik terhadap definisi atas rahmat bagi semesta tersebut tidak dapat dihindarkan. Tanpa mencoba SKSD, Apa ini maunya Tuhan?
Pendefinisian dari rahmat untuk semesta tesebut ditekankan karena beberapa orang mendefinisikan sebagai kenyamanan, kebermanfaatan, keindahan, keteraturan, kebaikhatian, dan segala yang indah untuk dilakukan bersama dengan berbagai umat yang berbeda Tuhan yang hidup di bumi maupun Pluto yang belakangan tereliminasi sebagai planet tata surya. Namun ada juga yang mempromosikannya sebagai sebuah tameng kebenaran absolut yang meskipun harus sengsara, berdarah, hancur, bacok, bakar dan sebagainya yang mengerikan itu tetap anugrah untuk semesta karena hal tersebut akan membawa kepatuhan terhadap hukum-hukum Tuhan atau sunatullah yang memberikan rasa nyaman di hati meskipun amis dara dan bau daging gosong adalah harga yang harus dibayar.
Dan saya, terhimpit di kedua definisi tersebut. Hampir tak bisa bernafas karena ego keduanya. Sempat tak terpikir pula karena harus untuk saat ini pihak leasing terasa lebih gawat ketimbang jibril. Namun seketika terbengong di siang menjelang berangkat ke perbudakan era modern, bahwa jika rahmatan lil alamin adalah berkah untuk semesta maka mari kita berpikir sedikit, sedikit saja jangan banyak-banyak. Islam adalah rahmat bagi alam semesta, siapa yang diberikan rahmat? ya alam semesta, lantas siapa yang menjadi rahmat? ya islam. Siapa yang memberikan rahmat? ya Allah. Oke kalau begitu mungkin bisa sedikit disederhanakan untuk perumpamaan, sedikit saja jangan banyak-banyak. Maka bayangkan kita adalah pemberi, Islam adalah hadiah, dan alam semesta adalah pacar kita. Kita memberikan kado yang bermanfaat kepada sang pacar, contohnya mungkin bisa seperti kondom (entah kenapa ini yang terlintas). Setelah kita berikan kado kepada pacar, terserah sang pacar dong kondom itu mau diapakan, mau untuk balon, kantung air, akuarium dadakan untuk ikan guppy, bahkan yang paling menyakitkan adalah untuk digunakan sebagai pelindung bersama selingkuhannya yang tidak lebih tampan dari kita (JLEBB!!!).
Mengenai penggunaan dari kado yang diberikan kita memang tidak bisa mengatur harus digunakan bagaimana dan untuk apa, namun jika memang pacar kita punya perasaan halus mulus dan hati yang simpatik, tentunya kondom tersebut akan digunakan untuk melampiaskan hasratnya yang selama ini terpendam bersama kekasih yang memberikannya, iya kan? Nah sekarang saya mau Tanya ke kalian, seks itu enak atau siksaan?. Jawabannya pasti lebih banyak enak, meskipun untuk beberapa kasus unik siksaan itu menjadi kenikmatan, namun pada batas-batas tertentu sekskolog Boyke juga melarang yang terlalu ekstrim kan, jika sudah melukai itu sudah kelewatan. Jika untuk role play bisa sajalah menjadi tukang jagal atau suster jahat, namun jika goloknya sampai bikin luka atau jarum suntiknya sampe nusuk dan merusak tubuh, itu namanya sudah sakit dan PERLU DIOBATI! Hal itu sama jahatnya ketika kondom itu hanya disimpan hingga kadaluarsa oleh si pacar, atau bahkan dibuang di depan mata kita tepat setelah memberikannya.
Sekarang kita harus menentukan sikap, apakah kita tipe pacar yang ikhlas setelah memberikan kado mau diapakanpun oleh si penerima, atau kita adalah tipe pemaksa yang mengungkit-ungkit pemberian-pemberian kita kepada si pacar hingga setiap kali ada KONFLIK kita selalu menguak semua yang telah kita berikan dan mendikte mereka bagaimana cara memanfaatkannya. Disini saya mengalami kebingungan beragama, namun bingung adalah sebuah proses berpikir, dan setau saya Islam adalah agama untuk orang-orang yang berpikir. Namun jangan disalahartikan bahwa saya mengimani islam, bukan ikut-ikutan Caknun tapi saya memang merasa bahwa itu adalah hak si pemberi, Saking luar biasanya si pemberi saya bahkan tidak tahu apakah saya sudah mendapatkan kadonya atau belum, atau bahkan kadonya sudah diambil lagi oleh yang memberi karena saya tak pantas atau apalah-apalah. Tapi saya tidak bingung untuk yang mau saya tekankan di sini, bahwa kita memberikan kado kepada pacar karena kita menyayangi mereka dengan segenap cinta, pacar kita tentunya lebih penting daripada kado, eh! Sebentar… sebentar..., atau kadonya yang lebih penting ya? Untuk koleksi pacar misalnya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar